Pemain Green Force yang Bertahan SURABAYA - Pemutusan kontrak enam pemain Persebaya Surabaya oleh pengurus dirasakan cukup memengaruhi psikologi pemain lainnya. Bahkan, sebagian pemain sempat mengatakan belum tentu akan bermain dengan sepenuh hati di sisa durasi kontraknya. Namun, hal itu tak membuat Ketua Umum Persebaya Saleh Ismail Mukadar gentar. Dia justru menganggap sikap pemain tersebut sebagai hal yang kurang profesional. ''Itu terlalu mendramatisasi dan larut dalam problema yang ada,'' cetus Saleh kemarin (21/12). Di era sepak bola profesional, jelas dia, pemutusan kontrak bisa saja terjadi di klub mana saja. ''Pemain keluar masuk dalam suatu klub merupakan hal yang biasa," tandas Saleh. Ketika pemain bermain dengan setengah hati di sisa masa kontraknya, menurut Saleh, hal itu akan merugikan pemain sendiri. Dia menyatakan, hal tersebut sangat berpengaruh negatif terhadap reputasi mereka di era sepak bola profesional. ''Mana ada klub yang mau memakai jasa mereka bila mereka main asal-asalan," tutur dia.Di sisi lain, dengan tidak berupaya bermain maksimal, Saleh juga mempertanyakan nilai profesionalitas pemain itu. Selanjutnya, bisa saja hal tersebut memengaruhi perlakuan pengurus kepada si pemain. ''Kalau mereka main setengah hati, itu gampang. Kami juga membayar mereka dengan setengah hati," tegas pria yang juga anggota DPRD Jatim tersebut. Bahkan, dia pun tidak menutup kemungkinan bahwa pengurus dan manajemen akan bertindak tegas atas sikap tidak profesional itu. ''Kalau perlu, mereka yang bermain setengah hati tidak akan kami bayar. Mau nuntut ke pengadilan pun kami tidak takut," ancam Saleh. Untuk itulah, Saleh berharap agar para pemain tetap tampil maksimal di setiap laga Green Force, julukan Persebaya. Sebab, nama Persebaya bukan hanya kebanggaan satu pihak. Menurut dia, banyak pihak yang menyayangkan jika prestasi Persebaya jeblok. ''Kalau mereka memang bermain seperti itu, jalan keluar terbaik adalah saya serahkan keputusannya kepada suporter.'' Saleh lantas mengatakan bahwa sebenarnya Persebaya cukup melunak dengan keputusan memangkas jumlah pemain tersebut. Dengan langkah itu, wacana rasionalisasi gaji untuk mengurangi defisit pengeluaran Green Force per bulan akhirnya batal dilakukan. Sebagai gantinya, selain memotong jumlah pemain, pengurus meminta kelonggaran pembayaran gaji yang semestinya enam bulan menjadi sepuluh bulan. Menurut Saleh, hal itu merupakan langkah yang harus ditempuh demi menyelamatkan Persebaya. ''Itu demi menjaga kelangsungan Persebaya di kompetisi putaran kedua nanti," paparnya. Dia mengatakan, dengan melepas beberapa pemain, paling tidak Green Force bisa berhemat. ''Kami bisa menghemat sampai sekitar Rp 180 juta per bulan," sebut Saleh.Disinggung soal kekuatan tim, Saleh berharap agar Persebaya tetap mempertahankan prestasinya sebagai penghuni peringkat pertama wilayah timur. Sebab, dia masih meyakini, pelepasan enam pemain tersebut tidak akan banyak mengurangi kekuatan tim. Menurut Saleh, pemain yang dirasionalisasi adalah pemain yang sering menghuni bangku cadangan, kecuali kapten Bejo Sugiantoro. ''Sekarang lihat, Rustanto (Sri Wahono), Kurnia Sandy, Fachrudin, dan Jordie (Kartiko) jarang sekali bermain. Atas hal itu, dia tetap meyakini bahwa Persebaya akan lolos ke Djarum Indonesia Super League (DISL) musim depan.
About Me
- fahmi setyansah amari
- saat ini masih aktif sebagai mahasiswa unair di fakultas ekonomi dan bisnis tepatnya jurusan d3 manajemen perkantoran
ini pak pelatih

Divaldo Aves
Selasa, 23 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar